BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak orang masih
belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya.
Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini
berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk
itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah
satunya dengan promosi kesehatan.
Promosi
kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki prinsip, metode,
media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku
masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgaai tim
medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat dengan
masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang “Promosi
Kesehatan”.
B.
Tujuan
1.
Tujun Umum
Agar
mahasiswa dan mahasiswi mampu memahami tentang prinsip, strategi, metode dan
media promosi kesehatan.
2.
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dan mahasiswi
mampu menjelaskan tentang:
a. Prinsip
– prinsip promosi kesehatan
b. Strategi
promosi kesehatan
c. Metode
promosi kesehatan
d. Media
promosi kesehatan
C.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan
dalam makalah penelitian ini yaitu;
Bab I berisikan latar belakang,
tujuan penelitian dan sistematika penulisan
Bab II berisikan
tinjauan pustaka, prinsip – prinsip promosi kesehatan, strategi promosi
kesehatan, metode promosi kesehatan, media promosi kesehatan dan contoh kasus.
Bab III berisikan kesimpulan
dan saran
Daftar pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip Promosi Kesehatan
1.
Pengertian Promosi
Kesehatan
WHO
berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 19,
mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis
filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Promosi
kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan control
dan peningkatan kesehatannya. WHO
menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri
(Maulana,2009).
2.
Tujuan
Promosi Kesehatan.
Green,1991
dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
a.
Tujuan Program
Refleksi
dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan
program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat
kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan
lima tahun.
b.
Tujuan Pendidikan
Pembelajaran
yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan
tujuan jangka menengah, contohnya :
cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi
kesehatan berjalan tiga tahun.
c.
Tujuan Perilaku
Gambaran
perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan,
contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja
meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan
3.
Sasaran
Promosi Kesehatan.
Sasaran promosi kesehatan yang dilakukan oleh
perawat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Agar promosi
kesehatan dapat lebih tepat sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali lebih
rinci, dan jelas melalui pengelompokkan sasaran promosi kesehatan, meliputi:
a.
Sasaran primer, yaitu
mereka yang diharapkan dapat menerima perilaku baru.
b.
Sasaran sekunder, yaitu
mereka yang mempengaruhi sasaran primer.
c.
Sasaran tersier, yaitu
mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan seperti para pengambil
keputusan atau penyandang dana.
4.
Jenis-Jenis
Kegiatan Promosi Kesehatan
Ewlest & simnet (1994) dalam Heri.D.J. Maulana
(2009) hal. 26, mengidentifikasi tujuan area kegiatan promosi kesehatan yaitu:
a.
Progam Pendidikan
Kesehatan
Program pendidikan kesehatan
adalah kesempatan yang direncanakan untuk belajar tentang kesehatan, dan
melakukan perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku.
b.
Pelayanan Kesehatan
Preventif
Winslow (1920) dalam
Level & Clark (1958) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 27, mengungkapkan
3 tahap pencegahan yang dikenal dengan teori five levels of prevention, yaitu:
1)
Pencegahan Primer
Dilakukan saat individu
belum menderita sakit, meliputi:
a)
Promosi Kesehatan (health promotion)
Kegiatan pada tahap ini
ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b)
Perlindungan Khusus (specific protection)
Berupa upaya spesifik
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan
imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.
2)
Pencegahan Skunder
a)
Diagnosis dini dan
pengobatan segera.
b)
Pembatasan kecacatan
3)
Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya
yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan
sehingga indiviu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental,
dan sosial.
c.
Kegiatan Berbasis Masyarakat
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan
“dari bawah”, bekerja dengan dan untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat
dalam kesadaran kesehatan.
d.
Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang berupaya meningkatkan kesehatan para staf dan
pelanggan.
e.
Kebijakan Publik Yang Sehat
Upaya ini melibatkan badan resmi atau
sukarela, kelompok profesional, dan masyarakat umum yang bekerja sama
mengembangkan perubahan-perubahan dalam situasi dan kondisi kehidupan.
f.
Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan.
Upaya yang dilakukan adalah menjadikan
lingkungan fisik penunjang kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau
tempat-tempat umum.
g.
Kegiatan ekonomi yang
bersifat peraturan
Kegiatan
politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk kebijaksanaan dan
perencana yang melibatkan upaya lobi dan implementasi perubahan perubahan
legestalatif.seperti peratuaran pemberian lebel makanan halal mendorang pratik
etik yang sukarela.
Jenis kesehatan promosi kesehatan meliputi:
a.
Pemberdayaan masyarakat
b.
Pemgembangan kemitraan
c.
Upaya advokasi
d.
Pembinaan suasana
e.
Pemgembangan SDM
f.
Pemgembangan IPTEK
g.
Pengembangan media dan
sarana
h.
Pengembangan
infrastruktur
5.
Prinsip-prinsip
Promosi Kesehatan
Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa
Charter for health promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi
kesehatan, antara lain :
a.
Empowerment (
pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendapatkan
kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
b.
Partisipative (
partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan
keputusan.
c.
Holistic ( menyeluruh )
yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari
dimensi-dimensi tersebut.
d.
Equitable ( kesetaraan)
yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di dapat oleh klien.
e.
Intersectoral ( antar
sektor ) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait lainnya atau
organisasi.
f.
Sustainable (
berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi kesehatan
yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
g.
Multi Strategy yaitu
bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakkan.
Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip
promosi kesehatan antara lain sebagai berikut:
a.
Manajemen puncak harus
mendukung secara nyata serta antusias program intervensi dan turut terlibat
dalam program tersebut.
b.
Pihak pekerja pada
semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam perencanaan dan
implementasi intervensi.
c.
Fokus intervensi harus
berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta dimodifikasi dan
merupakan prioritas bagi pekerja.
d.
Intervensi harus
disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.
e.
Sumber daya setempat
harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi.
f.
Evaluasi harus
dilakukan juga.
g.
Organisasi harus
menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun intervensi promosi
kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan dan kelompok.
h.
Intervensi harus
bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-prinsippemberdayaan dan atau
model yang berorientasi pada masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu
metode.
B.
Strategi
dalam Promosi Kesehatan
Strategi
promosi kesehatan berdasarkan (Piagam
Ottawa 1986) ialah sebagai berikut :
1.
Kebijakan berwawasan
kebijakan
Strategi promosi
kesehatan yang mana ditujukan kepada para penentu kebijakan agar mengeluarkan
kebijakan dan ketentuan yang menguntungkan bahkan dapat merugikan kesehatan,
sehingga dalam menentukan keputusan diperhatikan dampaknya bagi kesehatan
masyarakat.
2.
Lingkungan yang
mendukung
Strategi ini dikelola
oleh para pengelola tempat umum, termasuk pemerintah kota. Dimana mereka dapat
menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam meningkatkan
kesehatnnya, sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat untuk
mendukung prilaku sehat masyarakat
3. Reorientasi
Pelayanan Kesehatan
Realisasi
dari reorintasi pelayanan kesehatan ini adalah para penyelenggara kesehatan
baik pemerintah maupun swasta harus dilibatkan dalam memberdayakan masyarakat
agar dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayan kesehatan namun dapat
menjadi menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan.
4. Keterampilan
Individu
Strategi
ini mewujudkan adanya keterampilan individu-individu dalam meningkatkan dan
memelihara kesehatanya. Langkah awal untuk strategi ini adalah pemberian
pemahaman tentang penyakit dalam bentuk metode atau teknik kepada individual
bukan dalam bentuk massa
5.
Gerakan Masyarakat
Adanya
gerakan dari masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan dan memelihara
kesehatannya. Hal ini akan tampak dari prilaku masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya tanpa harus ada kegiatan namun akan tampak dari
prilaku menuju sehat.
Berdasarkan rumusan yang
dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global dibagi menjadi
tiga yang akan dibentuk dalam intervensi, yaitu :
1. Advokasi
(Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan
orang lain agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa
yang diinginkan. Pendekatan advokasi
ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau penentu keputusan sesuai
sektornya. Intinya adalah strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang
dilakukan dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini ada dalam bentuk formal
dan informal. Advokasi dalam bentuk
formal misalnya : penyajian presentasi, seminar, atau suatu usulan yang
dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya : Suatu
kegiatan untuk meminta dana, atau dukungan dalam bentuk kebijakan kepada para
pejabat yang relevan dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi yang dapat
dilakukan secara perseorangan kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog,
negosiasi dan debat. Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang
nyata, kepedulian, serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga terjadi
kelanjutan kegiatan.
2. Dukungan
sosial ( Social Support )
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan
untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya
dengan menggunakan tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan
atau pengembang kesehatan dengan masyarakat. Intervensi keperawatan yang
diberikan dalam stretegi dukungan sosial ialah : pelatihan bagi para tokoh
masyarakat, lokakarya,
bimbingan bagi para tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah
adanya peningkatan jumlah para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam
pelayanan kesehatan, jumlah individu dan keluarga dimana meningkat
pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan fasilitas kesehatan yang
ada misalnya posyandu.
3. Pemberdayaan
Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang
langsung kepada masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu
sendiri. Intervensi keperawatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah dengan
kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan,
posyandu, pos obat desa, dan lain sebagainya. Hasil yang diharapkan adalah
sumber daya manusia yang berperan dalam peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
C.
Metode Promkes
Proses belajar
mengajar yang efisien dan efektif yang dilakukan dipengaruhi oleh metode yang
digunakan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus
dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang
akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau
sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang
dan waktu. Masing – masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga
penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk mamaksimalkan hasil.
1. Pengertian Metode
Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu.
Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat metode : ceramah dan tanya jawab,
dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan
advokasi, dapat dilakukan dengan pilihan metode : seminar, lobi dialog,
negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.
2. Jenis – Jenis Metode Promkes
Secara
garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode
sokratik.
a. Metode
Didaktif
Metode
ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan metode
didaktif sulit dievaluasi karena peserta
didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Misalnya: ceramah, film,
leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
b. Metode
Sokratif
Metode
ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik
dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi
kasus, lokakarya dan penugasan perorangan.
Metode
Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang
dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi. Metode berdasarkan tekhnik
komunikasi:
a.
Metode Penyuluhan
Langsung
Dalam
hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk disini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi, pertemuan di
balai desa pertemuan di posyandu, dll.
b.
Metode Penyuluhan Tidak
Langsung
Dalam
hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara media. Contohnya, publikasi dalam bentuk media cetak, melalui
pertunjukkan film dan sebagainya berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai.
Metode berdasarkan
jumlah sasarannya dibagi menjadi 3 (Menurut Notoatmodjo, 1993 dan WHO, 1992):
a.
Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode yang bersifat
individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Setiap orang
memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan
atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatannya :
1)
Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and
counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya
kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat
diteliti dan dibantu penyelesainnya.
2)
Wawancara (interview)
Untuk mengetahui
apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang
diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).
b.
Metode Pendidikan Kelompok
Dalam
memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya kelompok
sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok sasaran
mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.
1)
Kelompok besar
a)
Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah
harus menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi
membosankan jika terlalu lama.
b)
Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi)dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
2)
Kelompok kecil
a)
Diskusi kelompok
Metode yang
dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi,
biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi
berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan
pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban
atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
-
Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang
besar.
-
Peserta diskusi mendapat informasi yang
terbatas.
-
Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka
berbicara.
-
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang
lebih formal
b)
Curah pendapat (Brain storming)
Adalah
suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan cepat semua
kemungkinan pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua pendapat tadi
dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan pendapatnya. Metode ini
cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang kreatif, merangsang,
partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan masalah, mendahului metode lainnya,
mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
kelompok.
c)
Bola salju (snow balling)
Metode
ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang- dua orang).
Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau masalah, setelah
kurang lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya. Selanjutnya, setiap
2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya, demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
d)
Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok dibagi
menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan di
kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan kemudian di diskusikan untuk
diambil kesimpulan.
e)
Memainkan peranan (role play).
Dalam metode ini
beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk
memainkan peranan.
f)
Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan
gabungan antara role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan
dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli, menggunakan dadu,
petunjuk arah dan papan monopoli. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian
lainnya berperan sebagai narasumber.
3)
Metode pendidikan massa
Metode ini untuk
mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat.
Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga
pesan-pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa
tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a)
Ceramah umum (public speaking)
b)
Pidato/diskusi
c)
Simulasi
d)
Menggunakan media televise
e)
Menggunakan media surat kabar
f)
Bill board
Metode
berdasarkan Indera Penerima. Metode
melihat/memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera
penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan
Koran dinding, Pemutaran Film
a.
Metode pendengaran.
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya :
Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
b.
Metode kombinasi. Dalam
hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan
dicoba).
3. Kelebihan
dan Kekurangan
Masing-masing Metode
a.
Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung
antara penyuluh dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun
ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono,
anjang karya, dan sebagainya.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal
seperti berikut :
1)
Ada maksud dan tujuan
tertentu
2)
Tepat waktunya dan
tidak membuang-buang waktu
3)
Rencanakan beberapa
kunjungan berurutan untuk menghemat waktu
4)
Kunjungi pula sasaran
yang jauh dan terpencil
5)
Metode ini untuk
memperkuat metode-metode lainnya atau bila metode-metode lainnya tidak mungkin.
Selama
berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
1)
Membicarakan soal-soal
yang menarik perhatian
2)
Biarkan keluarga
sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan memotong pembicaraannya
3)
Bicara bila keluarga
sasaran itu ingin mendengarkannya
4)
Bicara dalam gaya yang
menarik sasaran
5)
Pergunakan bahasa umum
yang mudah, bicara pelan-pelan dan suasana menyenangkan
6)
Harus sungguh-sungguh
dalam pernyataan
7)
Jangan memperpanjang
mempersilat lidah
8)
Biarkan keluarga
sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang baik
9)
Harus jujur dalam
mengajar maupun belajar
10)
Meninggalkan keluarga
sasaran sebagai kawan
11)
Catat tanggal
kunjungan, tujuan, hasil dan janji
12)
Membawa surat
selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada keluarga sasaran. Ini akan
menjalin persahabatan.
Keuntungan
metode ini :
1)
Mendapat keterangan
langsung perihal masalah-masalah kesehatan
2)
Membina persahabatan
3)
Tumbuhnya kepercayaan
pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima
4)
Menemukan tokoh-tokoh
masyarakat yang lebih baik
5)
Rintangan-rintangan
antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurang
6)
Mencapai juga petani
yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
7)
Tingkat pengadopsian
terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi
Kerugian:
1)
Jumlah kunjungan yang
mungkin dilakukan adalah terbatas
2)
Kunjungan-kunjungan
yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas sekali
3)
Kunjungan yang terlalu
sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya
b.
Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta
campuran dimana disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk
dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan
yang baik, seperti:
1)
Rundingkan dahulu
dengan orang-orang yang terkait
2)
Konsultasi dengan
tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda acara sementara
3)
Jaminan kedatangan para
nara sumber lainnya (bila diperlukan)
4)
Usahakan ikut sertanya
semua golongan di tempat itu.
Hal-hal
perlu diperhatikan :
1)
Rapat diselenggarakan
ditempat yang letaknya strategis, dengan penerangan dan udara yang segar
2)
Waktu yang dipilh
adalah waktu luang masyarakat
3)
Pada siang hari, bila
tempat-tempat tinggal orang berjauhan
4)
Tepat memulai dan
mengakhiri pertemuan
5)
Perhatikan ditujukan
kepada tujuan pertemuan dengan memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Hindari
pertengkaran pendapat
6)
Anjuran mempergunakan
alat-alat peraga
7)
Usaha-usaha menarik
perhatian, menggugah hai dan mendorong kegiatan
8)
Memberikan penghargaan
kepada semua golongan yang hadir
9)
Libatkan tokoh-tokoh
masyarakat setempat
10) Usahakan
kegiatan lanjutan (bila ada)
11) Berikan
selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang didiskusikan.
Keuntungan
metode ini:
1)
Banyak orang yang
dicapai
2)
Menjadi tahap persiapan
untuk metode lainnya
3)
Perkenalan pribadi
dapat ditingkatkan
4)
Segala macam
topik/judul dapat diajukan
5)
Adopsi suatu anjuran
secara murah/sedikit biaya
Kerugian
metode ini:
1)
Tempat dan sarana
pertemuan tidak selalu cukup
2)
Waktu untuk diskusi
biasanya terbatas sekali
3)
Pembahasan topik
sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran
4)
Kejadian-kejadian di
luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi jumlah kehadiran
c.
Diskusi
Diskusi adalah untuk kelompok yang
lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja.
Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Biasanya dipergunakan
untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail serta
pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan. Keberhasilan
pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh untuk :
1)
Memperkenalkan soal
yang dapat perhatian para peserta
2)
Memelihara perhatian
yang terus menerus dari para peserta
3)
Memberi kesempatan
kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi
beberapa orang saja
4)
Membuat kesimpulan
pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang diajukan
5)
Berikan bahan-bahan
informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat.
d.
Demonstrasi
Demontrasi adalah memperlihatkan
secara singkat kepada suatu kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku
kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya
suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau
pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan
peserta bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah
berguna dan praktis sekali bagi masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu
ketrampilan yang baru. Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan
persiapan yang diperlukan, seperti :
1)
Datang jauh sebelum
kegiatan di mulai untuk memeriksa peralatan dan bahan yang diperlukan
2)
Mengatur tempat sebaik
mungkin, sehingga semua peserta dapat melihatnya dan ikut dalam diskusi
3)
Demonstrasi dilakukan
tahap demi tahap sambil membangkitkan keinginan peserta untuk bertanya
4)
Berikan kesempatan pada
wakil peserta untuk mencoba ketrampilan perilaku yang baru.
5)
Berikan selebaran yang
cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan demostrasi itu
Anjuran :
1)
Pilihlah topik yang
berdasarkan keperluan masyarakat
2)
Demonstrasi dilakukan
tepat masanya
3)
Pengumuman yang luas
sebelum waktunya untuk menarik banyak perhatian dan peserta
4)
Pergunakan alat-alat
yang mudah di dapat orang
5)
Hilangkan
keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
6)
Hargai cara-cara yang
biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan
/ keuntungan metode ini :
1)
Cara mengajar
ketramilan yang efekif
2)
Merangsasang kegiatan
3)
Menumbuhkan kepercayaan
pada diri sendiri.
Kekurangan
/ keterbatasannya :
a.
Memerlukan banyak
persiapan, peralatan dan ketrampilan
b.
Merugikan bila
demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk
D.
Media Promkes
1.
Pengertian
Media
adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan
atau pengajaran ( Herry D.J. Maulana).
Media
promosi kesehatan adalah alat yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan
(Ferry Efendy & Makhfudli).
Media
pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi membantu dan
memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga
atau media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang
diterima dan ditangkap melalui pancaindra.
Semakin
banyak pancaindra yang
digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan yang didapatkan. Hal ini menunjukan
bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indra sebanyak mungkin pada suatu
objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta didik.
Alat
peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu pemahaman
seseorang.Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu
kerucut.
KERUCUT ELGAR
DALE
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, Radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field Trip
8. Demonstasi
9. Sandiwara
10. Benda Buatan
11. Benda Asli
Berdasarkan gambar alat
peraga yang memiliki intensitas paling tinggi adalah benda asli sedangkan yang
memiliki intensitas paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa
penyampaian materi hanya menggunakan kata-kata saja kurang efektif jadi akan leih efektif dan efisien jika
menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media.
Pemilihan media promosi
kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik
partisipan, dan sumber daya pendukung.Contohnya didaerah terpencil yang hanya
dapat dicapai dengan peswat terbang khususdan pendidikan kesehatan yang
diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat
dipilih adalah flyer atau media
elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.
2.
Manfaat
Media
Ada
banyak manfaat dari media atau alat peraga yaitu sebagai berikut:
a.
Menimbulkan minat
sasaran
b.
Mencapai sasaran yang
lebih banyak
c.
Membantu mengatasi
banyak hambatan dalam pemahaman
d.
Merangsang sasaran
untuk meneruskan pesan pada orang lain
e.
Memudahkan penyampaian
informasi
f.
Memudahkan penerimaan
informasi oleh sasaran
g.
Menurut penelitian
75-87% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata, 13-25%
lainnya disalurkan melalui pancaindra lainnya. Oleh karena itu, dalam aplikasi
pembuatan media disarankan lebih banyak
menggunakan alat-alat visual karena akan mempermudah cara penyampaian dan
penerimaan informasi oleh masyarakat.
h.
Mendorong keinginan
untuk mengetahui, mendalami dan mendapat pengertian yang lebih baik.
i.
Membantu menegakkan pengertian
yang diperoleh, yaitu menegakkan pengetahuan yang telah diterima sehingga apa
yang diterima lebih lama tersimpan dalam ingatan.
3.
Jenis-jenis
Alat Peraga
a. Pembagian
alat peraga secara umum
1)
Alat bantu lihat (Visual aids)
Alat ini digunakan
untuk membantu menstimulasi indra penglihatan pada saat proses pendidikan.
Terdapat dua alat bantu visual yaitu:
-
Alat
bantu yang diproyeksikan seperti slide, OHP,
dan film strip.
-
Alat
bantu yg tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi
seperti gambar, peta, da bagan. Termasuk
alat bantu cetak dan tulis misalnya leaflet, poster, lembar balik, dan buklet.
Termasuk tiga dimens seperti bola dunia dan boneka.
2)
Alat bantu dengar (Audio aids)
Alat ini digunakan
untuk menstimulasi indra pendengaran misalnya piringan hitam, radio, tape, CD.
3)
Alat bantu dengar dan lihat (Audio visual aids)
Alat bantu ini
digunakan untuk menstimulasi indra penglihatan dan pendengaran seperti
televisi, film dan video.
b. Pembagian
alat peraga berdasarkan fungsinya
1)
Media cetak
- Buklet merupakan
media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa
tulisan maupun gambar. Sasaran buklet adalah masyarakat yang dapat membaca.
- Leaflet
merupakan selembar kertas yang terdiri dari 200-400 kata dengan tulisan cetak
yang berisi tentang informasi atau pesan-pesan kesehatan. Isi informasi dapat
berupa kalimat, gambar atau informasidapat
berupa gambar atau kombinasi. Leaflet berukuran 20x30 cm dan biasannya
disajikan dalam bentuk dilipat. Biasanya leaflet diberikan kepada sasaran
setalah selesai kuliah atau ceramah agar dapat digunakan sebagai pengingat
pesan atau dapat juga diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang
sedang disampaikan.
- Flyer (selebaran)
bentuk seperti leaflet tetapi tidak dilipat.
- Flip
chart (lembar balik) merupakan alat peraga
yang menyerupai kalender balik bergambar. Lembar balik mempunyai dua ukuran,
ukuran besar terdiri dari lembaran-lembaran yang berukuran 50x75 cm, sedangkan
yang berukuran kecil 38x50 cm. lembar balik yang berukuran lebih kecil (21x28 cm) disebut flip book atau flip chart
meja. Lembaran-lembaran ini disusun dalam urutan tertentudan dibundel pada
salah satu sisinya. Dibawah gambar, dituliskan pesan-pesan yang dapat dibaca
oleh komunikan. Lembar balik ini digunakan dengan cara membalik
lembaran-lembaran bergambar tersebut satu per satu. Lembar balik ini biasanya
digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlah maksimal peserta 30 orang. Flip chart biasanya digunakan untuk
pendidikan individu atau kelompok yang lebih kecil (kurang dari 5 orang).
- Rubrik atau
tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah
kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
- Poster merupakan
bentuk media yang berisi pesan-pesan singkat atau informasi kesehatan yang
biasanya menempel di dinding, tempat-tempat umum atau kendaraan umum dan dalam
bentuk gambar. Ukuran poster biasanya sekitar 50-60 cm, karena ukurannya sangat
terbatas maka tema dalam poster tidak terlalu banyak biasanya hanya ada satu
tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya
menarik. Kata-kata dalam poster tidak
lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang lewat dari
jarak 6 meter. Biasanya isinya bersifat pemberitahuan atau propaganda. Poster
sesuai untuk tindak lanjut dari pesan
yang sudah disampaikan pada waktu lalu. Jadi tujuan poster adalah untuk
megingatkan kembali dan mengarahkan pembaca kearah tindakan tertentu atau sebagai bahan diskusi
kelompok.
- Foto
yang mengungkapkan informasi kesehatan.
- Flannelgraph
merupakan guntingan-guntingan gambar atu tulisan yang dibelakangnya diberi
kertas amril (ampelas). Guntingan gambar tersebut kemudian ditempelkanpada
papan berlapis kain flannel atau kain berbulu yang lain. Keuntungan menggunakan
flannelgraph adalah pesertadapat
mendekat dan memilih sendiri gambar atau kata yang diinginkannya untuk ditempel
ditempat yang ia inginkan. Dengan cara ini para peserta menunjukkan gagasannya
sendiri tentang masalah yang sedang didiskusikan. Flannelgraph yang telah dipergunakan dalam suatu pendidikan juga
dapat digunakan kembali untuk pendidikan kesehatan dengan topik yang berbeda.
- Flascard
merupakan kartu bergambar berukuran
25x30cm. Gambar-gambarnya dapat dibuat dengan tangan atau dicetak dari foto dan
diberi nomor urut. Keterangan tentang gambar tercantum dibelakang setiap kartu.
Flascard ini dipergunakan untuk
sasaran yang berjumlah kurang dari 30 orang. Apabila pendidik kesehatan ingin
membuat sendiri media yang akan dipergunakannya, maka langkah-langkah berikut
ini harus diterapkan.
a) Membuat
konsep (draft) pesan yang berisi
materi pendidikan kesehatan
b) Melakukan
pre-test terhadap konsep pesan
c) Memperbaiki
konsep pesan
Konsep pesan perlu
dilakukan pre-test agar terdapat kesesuaian pesan
sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh sasaran.Selain itu, agar terdapat
kelayakan kultural sehingga pesan tersebut dapat dipergunakan.
2)
Media elektronik
Adapun
jenis-jenis media elektronik dapat digunakan sebagai media pendidikan
kesehatan, antara lain sebagai berikut:
- Televisi,
penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi dapat berbentuk sandiwara,
sinetron, forum diskusi, pidato (ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas
cermat.
- Radio,
bentuk penyampaian informasi diradio berupa obrolan (tanya jawab), konsultasi
kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
- Video,
penyampaian informasi kesehatan melalui video
- Slide, slide
dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
- Film
strip
3)
Media papan(billboard)
Media
papan besar yang berukuran 2x2 meter yang bersisi tulisan atau gambar yang
dipasang ditempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau informasi kesehatan
sehingga dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan.Tulisan dalam billboardharus cukup besara agar dapat
dibaca oleh pengenara yang berkecepatan tinggi tanpa mengganggu konsentrasi
berkendaraan.Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran
seng dan ditempel dikendaraan umum (bus atau taksi).
Bulletin board berupa
papan berukuran 90- 120 cm yang biasanya dipasang didinding fasilitas umum
(puskesmas, rumah sakit, balai desa, dan kantor kecamatan. Pada papan ini dapat
ditempelkan gambar-gambar, pamplet, atau media lain ayng mengantdung informasi
penting yang secara berkala diganti dengan topic-topik yang lain.
4)
Media hiburan
Penyampaian
informasi kesehatan dapat disampaikan melalui media hiburan baik digedung
(panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk dongeng,
sosiodrama, kesenian tradisional dan pameran.
c. Pembagian
alat peraga berdasarkan pembuatan dan penggunaannya
1)
Alat peraga yang rumit (complicated) seperti film, film strip,
dan slide. Dalam penggunaannya alat peraga ini memerlukan listrik dan
proyektor.
2)
Alat peraga yang
sederhana/ mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah
diperoleh seperti bamboo, karton, kaleng bekas, dan kertas Koran. Ciri-ciri
alat peraga sederhana adalah mudah dibuat, bahan-bahannya dapat diperoleh dari
bahan-bahan local, mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat,
ditulis (gambar) dengan sederhana, bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh
masyarakat dan memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
4.
Sasaran
yang Dicapai
Alat Bantu Pendidikan
Pengetahuan
tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga, penting untuk
dipahami dalam menggunakan alat peraga.
Ini berarti penggunaan alat peraga harus dicapai. Hal yang perlu diketahui
tentang sasaran adalah sebagai berikut:
a.
Individu atau kelompok
b.
Kategori sasaran,
seperti aspek demografi dan social
c.
Bahasa yang mereka
gunakan
d.
Adat istiadat serta
kebiasaan
e.
Minat dan perhatian
5.
Penggunaan
alat peraga
Cara
penggunaan alat peraga sangat bergantung pada jenis alat peraga,
termasuk perlu
di pertimbangkan
faktor sasaran pendidikan. Penggunaan alat peraga tidak
dapat berlaku umum. Hal
yang cukup penting dalam penggunaan alat peraga adalah bahwa alat yang
digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat para pesertanya. Pada waktu
menggunakan alat peraga, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
a.
Senyum adalah lebih
baik, untuk mencari simpati
b.
Tunjukkan perhatian
bahwa hal yang akan dibicarakan adalah penting
c.
Pertahankan kontak mata
d.
Gaya bicara hendaknya
bervariasi agar peserta tidak bosan dan mengantuk
e.
Libatkan peserta atau
pendengar dan beri kesempatan mencoba alat-alat tersebut
f.
Jika perlu, berikan
selingan humor agar tidak membosankan
6.
Pengaruh
warna dalam desain media
Suatu
media atau alat peraga yang baik seharusnya mengandung keseimbangan antara
berbagai factor, terutama daya tarik sasaran, kejelasan petunjuk dan kesesuain
dengan kondisi setemppat. Salah satu factor penting dalam mendesain media
alat peraga kesehatan adalah warna.
Warna
berhubungan erat secara psikologis, bahkan warna dapat menjadi obat berbagai
jenis penyakit.
a. Warna
merah
Warna
merah merangsang vitalitas, mempertajam penglihatan, pendengaran, perasaan dan
menambah energy.Warna ini dapat menghangatkan tubuh, memperlancar peredaran
darah, mengobati lumpuh, membersihkan tubuh dari lender-lendir yang
menumpuk.Jadi, warna merah harus dikurangi terhadap orang-orang yang emosional
dan terlalu aktif. Eksperimen pada tumbuhan yang ditutup gelas berwarna merah
akan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan warna lain, yang mendapatkann
sinnar matahari biasa. Oleh karena itu, warna merah sering disebut “cahaya
pemberi hidup”.
b. Warna
merah tua
Warna
ini diyakini dapat menolong penderita asma dan gangguan pada rongga hidung,
menaikkan tekanan darah, memperlancar peredaran darah, meringankan sakit waktu
haid, menambah selera seks dan merangsang emosi.
c. Warna
jingga
Warna
jingga termasuk warna hangat sehingga dapat merangsang penyerapan dan peredaran
darah serta merangsang tubuh untuk memuntahkan makanan yang tidak dapat
dicerna, membantu pekerjaan paru-paru dan kelenjar gondok, meredakan batuk,
membuar gas dalam perutdan meredakan bersin.
d. Warna
kuning
Kuning
emas dapat meredakan perasaan depresi atau stress, merangsang selera makan dan
mengadakan pengasimilasian makanan itu
sendiri didalam tubuh. Disamping itu, warna ini merangsang kerja jantung
dan memperlancarkan peredaran darah, menolong fungsi hati dan empedu serta
dapat merangsang penglihatan dan pendengaran. Warna kuning dapat pula mengobati
borok perut, mengenakkan perut, serta
membuang atau membereskan pengapuran dari dalam tubuh. Sinar kuning dapat
digunakan untuk mengobati infantile
paralysis atau poliomyelitis.
e. Warna
hijau
Warna
hijau dapat membantu mengatasi ketegangan dan menegangkan otot syaraf. Warna hijau dari daun
yang mengandung klorofil hijau daun, mempunyai unsur pembersih tubuh, melancarkan
darah yang membeku, merangsang kelenjar hipofisis (kelenjar hormone) agar dapat
mengendalikan kelenjar-kelenjar lain yang baik.
f. Warna
biru
Warna
biru adalah penenang, menghilangkan hati berderbar-debar dan menghilangkan
peradangan. Seperti warna hijau, warna biru yang bersifat terapeutik.
g. Warna
biru hijau (Turguoise)
Warna
tuguoise diyakini dapat melegakan kepenatan dalam belajar atau kelelahan saat
berpikir. Warna ini juga dapat mengurangi rasa gatal, capek, keracunan, sulit
tidur dan sakit kepala.
h. Warna
ungu
Warna
ungu merupakan warna yang dapat membuat orang tidur nyenyak dan menurunkan
emosi yang meluap-luap.Warna ini juga menurunkan tekanaan darah tinggi,
meredakan sakit gigi, meringankan sakit kepala, menurunkan demam dan mengurangi
keinginan seks.
i. Warna
merah ungu (magenta)
Warna
ini dapat menimbulkan keseimbangan emosi, menyelaraskan keadaan tubuh dan
menolong penderita jantung.
j. Warna
nila
Warna
ini membantu mengatasi gangguan pernapasan, perdarahan, mengurangi
pembengkakan, menekan rasa sakit dan berfungsi sebagai obat penenang.
k. Warna
hitam
Warna
hitam pekat diyakini dapat menimbulkan penyakit dan mempercepat ketuaan.
E.
Contoh Kasus
Contoh Kasus Demam Berdarah dalam Upaya Promosi Kesehatan
Disuatu
desa dimana terdapat puskesmas X dengan jumlah pengunjung yang datang pada
tanggal 04 November 2012 sebanyak 50 orang untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
pencegahan demam
berdarah. Masyarakat Desa yang datang untuk mengikuti kegiatan
promosi kesehatan di puskesmas sebagian besar adalah orang dewasa usia sekitar 20
– 50 tahun yang berpendidikan SMA, sebagian masyarakat berpenghasilan dari
bertani dan Ibu rumah tangga. Di puskesmas X sudah
terdata jumlah penduduk yang menderita demam berdarah 15 orang pada bulan
Oktober 2012 yang terdiri dari 10 orang dewasa dan 5 orang anak, yang mana
akibat dari penyakit demam
berdarah tersebut ada 3 orang yang meninggal yaitu 2 orang anak, dan 1 orang
dewasa.
Prinsip promosi kesehatan berdasarkan kasusu diatas dengan
menggunakan prinsip yaitu :
1.
Empowerment
( pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk mendapatkan
kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka
2.
Partisipative (
partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam pengambilan
keputusan.
Strategi dan
intervensi yang dilakukan ialah sebagai berikut :
1.
Advokasi
Melakukan
pendekatan terdahulu dengan para pejabat untuk memberikan bantuan di puskesmas
X dalam mencegah demam berdarah dengan menunjukkan data yang ada kepada para
pejabat.
Intervensi
yang dilakukan : Melakukan dialog, diskusi kepada para pejabat untuk mendukung
penyuluhan yang akan dilakukan dan memberikan bantuan untuk kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Hasil
yang diharapkan :
-
pejabat sektor
mendukung kegiatan penyuluhan pencegahan demam berdarah
-
adanya bantuan dana
dari pejabat untuk memberikan obat abate kepada masyarakat secara gratis
-
adanya ketentuan yang
ditetapkan untuk kegiatan fogging rutin didaerah desa
2.
Dukungan sosial
Mendekati
para tokoh masyarakat mengumpulinya dan melakukan bimbingan serta pengajaran
kepada tokoh masyarakat agar dapat diberikan informasinya kepada para
masyarakat didaerah desa tersebut.
Intervensi
: kegiatan yang dilakukan kepada tokoh masyarakat sebelum penyuluhan memberikan
bimbingan akan pencegahan demam berdarah,
Hasil
yang diharapkan : bimbingan yang diberikan kepada tokoh masyarakat dapat
berbagi kepada masyarakat sehingga mendukung jalanya penyuluhan nantinya
3.
Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan
yang dilakukan dengan sumber dayanya adalah masyarkat sendiri yang mana
nantinya tampak akan prilakunya untuk melakukan informasi yang telah diterima.
Intervensi
: Melakukan kegiatan penyuluhan tentang materi pencegahan demam berdarah,
membagikan bubuk abate yang telah diberi dan oleh pejabat sektor, serta
memberikan informasi tentang fogging kepada masyarakat
Hasil
yang diharapkan :
-
Masyarakat dapat paham
akan materi pencegahan demam berdarah
-
Masyarakat dapat
melakukan kegiat menguras air, mngubur sampah yang dapat menampung air, dan
menutup air tampungan dirumah.
-
Menggunakan bubuk abate
dirumah untuk membunuh jentik nyamuk aedes aqepty
-
Mengetahui tentang
jadwal fogging yang akan diprogram nanti
Metode yang digunakan dalam promosi kesehatan dalam kasus
adalah ceramah dan diskusi di dalam kelompok masyarakat. Media dalam promosi
kesehatan demam berdarah yang diambil kelompok adalah media poster. Poster pencegahan demam
berdarah yang dapat ditemui menempel didinding atau tempat-tempat umum seperti
di puskesmas, rumah sakit, atau
dilingkungan rumah. Ukuran poster biasanya 50-60 cm biasanya dalam satu
poster hanya mempunyai satu tema poster.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelompok
menyimpulkan berdasarkan contoh kasus demam berdarah di puskesmas X, untuk
promosi kesehatan prinsip yang digunakan adalah pemberdayaan dan partisipasi
dengan strategi dan intervensi keperawatan menurut WHO. Kelompok menggunakan
strategi dan intervensi keperawatan yaitu : advokasi, dukungan sosial dan
pemberdayaan masyarakat. Metode dan media yang dipilih oleh kelompok
berdasarkan contoh kasus demam berdarah dengan metode ceramah dan diskusi,
sedangkan media yang dipilih media poster.
B.
Saran
Semoga makalah ini dapat
dimanfatkan oleh mahasiswa dan mahasiswi keperawatan dalam melaksanakan promosi
kesehatan, dan kami berharap makalah ini mendapatkan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Bahan
ajar Ayubi
Dian( 2010 ).Konsep Promosi Kesehatan.
Departemen
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI.
Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta; Salemba Medika
Evans, dkk.( 2011 ). Health
Promotion and Public Health for Nursing Students. Exeter Great Britain; Learning
Matters Ltd.
http://www.scribd.com/doc/40462631/Makalah-Strategi-Promosi-Kesehatan-Jadi didownload
pada tanggal 03 November 2012
Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
Notoatmodjo,
Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku
Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta
: Rineka Cipta.